Beranda | Artikel
Bangga Dengan Jenggot
Minggu, 20 Juni 2021

BANGGA DENGAN JENGGOT

Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’ala, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada -Nya, kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’ala beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’ala sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.

Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa ta’ala semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam  adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba’du:

Kita semua menyakini bahwa Allah Shubhanahu wa ta’ala lah pencipta tunggal umat manusia, kemudian setelah itu -Dia menjelaskan pada manusia metode hidup yang harus ditempuhnya dalam mengarungi kehidupan ini, mulai dari penampilan, kepribadian, makan, minum, tata cara beribadah serta tatanan bermasyarakat. Allah ta’ala menjelaskan dalam firman -Nya:

قال الله تعالى: وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتٰبَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً وَّبُشْرٰى لِلْمُسْلِمِيْنَ  [ النحل: 89]

“Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. [an-Nahl/16: 89].

Adapun jenggot adalah perhiasan bagi lelaki muslim, dimana Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam  selaku suri tauladan kita juga memanjangkan jenggotnya, bahkan beliau memerintahkan supaya kita memanjangkan jenggot dan memeliharanya, kemudian menyuruh kita supaya memendekan kumis. Dan bila kita perhatikan, sungguh setan telah berhasil dengan banyak menyesatkan umat manusia, dengan cara menghiasi perilaku jelek mereka seakan-akan baik, lalu menyuruh pengikutnya untuk memotong yang sejatinya mereka diperintah oleh penciptanya agar memeliharanya, kemudian setan juga melarang penggemarnya untuk memotong sesuatu yang seharusnya mereka diperintahkan agar memotongnya, mereka menuruti dan mentaati setan, dan pada dasarnya mereka sedang digiring oleh setan menuju adzab neraka yang menyala-nyala. Allah Shubhanahu wa ta’ala mengatakan hal itu dalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ لَّعَنَهُ ٱللَّهُۘ وَقَالَ لَأَتَّخِذَنَّ مِنۡ عِبَادِكَ نَصِيبا مَّفۡرُوضا ١١٨ وَلَأُضِلَّنَّهُمۡ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمۡ وَلَأٓمُرَنَّهُمۡ فَلَيُبَتِّكُنَّ ءَاذَانَ ٱلۡأَنۡعَٰمِ وَلَأٓمُرَنَّهُمۡ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلۡقَ ٱللَّهِۚ وَمَن يَتَّخِذِ ٱلشَّيۡطَٰنَ وَلِيّا مِّن دُونِ ٱللَّهِ فَقَدۡ خَسِرَ خُسۡرَانا مُّبِينا ١١٩﴾ [ النساء: 118- 119]

“Yang dila’nati Allah dan syaitan itu mengatakan: “Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya”. Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata“. [an-Nisaa’/4: 118-119].

Suatu ketika aku pernah bertemu dengan seseorang yang berbadan kekar dengan wajah berseri, melakukan sholat disalah satu masjid bersama kaum muslimin, seusai sholat saya perhatikan dirinya langsung menuju ke sebuah salon pangkas rambut, disana sudah ada seorang pelanggan yang sedang antri menunggu giliran, setelah tiba gilirannya kemudian dirinya mencukur jenggotnya yang tumbuh, dan membiarkan kumisnya memanjang. Kemudian setelah selesai dirinya mengambil upah, sambil berseri pelanggannya mengucapkan terima kasih atas jasanya, lalu dia jawab dengan senyuman manis. Seperti itulah dirinya beraktifitas setiap harinya, terkadang mencukur jenggot, pertama, kedua, ketiga dan keempat sampai datangnya waktu sholat kembali.

Aku pun bergumam dalam hati, “Duhai sayang sekali, apakah sudah demikian keadaan sholat, mati  penghayatannya ketika sudah berada diluar masjid, tidak tersisa buah yang bisa dipetik pelakunya? Duhai sungguh meruginya, apakah kondisinya seperti itu, hukum syari’at dilanggar terang-terangan tanpa ada perasaan segan sedikitpun, merubah kenikmatan hidup hanya untuk sekelompok orang? Apakah kondisinya sudah terbalik, perkara jelek dianggap baik, sehingga ada dikalangan pribadi umat yang rela tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan maksiat?

Sesungguhnya sholat adalah sarana penghubung antara hamba dan Rabbnya, seorang hamba berserah diri didalam sholat bagi penciptanya, dirinya bertakbir, dan memuji -Nya, merendahkan diri dihadapan -Nya, mentaati perintah -Nya, menjauhi larangan -Nya, meminta kebutuhan dirinya, kemudian mengucapkan tahyat penutup kepada Allah azza wa jalla.

Berawal dari sinilah, sholat itu bisa berperan sebagai pencegah perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana digambarkan oleh Allah Shubhanahu wa ta’ala dalam firman -Nya:

قال الله تعالى:   ٱتۡلُ مَآ أُوحِيَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ  [ العنكبوت: 45]

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. [al-‘Ankabuut/29: 45].

Efek baik seperti apa yang masih tersisa dari ibadah sholat yang rutin dilakukan bagi orang yang  masih mencukur habis jenggotnya, dan berbuat maksiat kepada Allah Shubhanahu wa ta’ala dan Rasul -Nya ditengah-tengah makhluk -Nya.

Sungguh kondisi masyarakat muslim sekarang sudah sampai pada taraf mengikuti adat kebiasaan yang tidak dibenarkan oleh syari’at seperti memotong jenggot atau mencukurnya, yang kemudian perilaku tersebut justru dianggap baik menurut setan dari kalangan jin dan manusia, sehingga banyak yang terperdaya orang jerat-jeratnya, berani untuk mencukur jenggot, entah orang itu yang berkedudukan, atau orang awam, orang mulia dan biasa, besar maupun kecil, terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, baik dengan sengaja maupun tidak sengaja. Allah ta’ala menyatakan dalam firman -Nya:

قال الله تعالى: أَفَمَن زُيِّنَ لَهُۥ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ فَرَءَاهُ حَسَناۖ فَإِنَّ ٱللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِي مَن يَشَآءُۖ فَلَا تَذۡهَبۡ نَفۡسُكَ عَلَيۡهِمۡ حَسَرَٰتٍۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمُۢ بِمَا يَصۡنَعُونَ  [ فاطر: 8]

“Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki -Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki -Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. [Faathir/35: 8].

Dan sebagian orang benar-benar merasa tenang ketika mencukur jenggotnya, sampai sekiranya tidak dijumpai sebuah lingkungan dalam intansi pemerintah atau sekolahan, dijalan atau masjid, melainkan engkau dapati para pegawainya yang mencukur jenggot, mereka berlalu lalang dihadapanmu dimanapun engkau pergi dan tinggal, tentunya ini merupakan musibah.

Apabila engkau mengetahui kalau sekiranya sebagian diantara mereka yang menjadikan hari jum’at yang merupakan hari yang paling utama diantara hari-hari yang lain, sebagai hari bersih-bersih dan sebagai batas waktu untuk mengerok jenggotnya, engkau baru sadar sampai seberapa jauh para penentang sunah Nabi ini, dan seberapa besar ketaatan mereka pada setan, yang memperdaya para hamba Allah azza wa jalla. Allah Shubhanahu wa ta’ala menyatakan dalam firman -Nya:

قال الله تعالى:  فَلۡيَحۡذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنۡ أَمۡرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمۡ فِتۡنَةٌ أَوۡ يُصِيبَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ  [ النور: 63]

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah -Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. [an-Nuur/24: 63].

Dan perkara yang lebih besar lagi dari hal itu ialah bahwa mencukur jenggot berubah menjadi tren dan gaya hidup dalam berpenampilan pada sebagian orang, dirinya merasa ada seuatu yang kurang bila ketika menghadiri sholat jum’at, atau iedul fitri, atau pesta pernikahan atau yang lainnya belum menyempatkan untuk mencukur jenggotnya terlebih dahulu. Allah ta’ala menegur orang-orang semacam ini dalam firman -Nya:

قال الله تعالى:  فَإِنَّهَا لَا تَعۡمَى ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَلَٰكِن تَعۡمَى ٱلۡقُلُوبُ ٱلَّتِي فِي ٱلصُّدُورِ [ الحج: 46]

“Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”. [al-Hajj/22: 46].

Sesungguhnya memotong jenggot adalah perilaku yang diharamkan dalam syari’at Allah azza wa jalla, dan termasuk dalam kategori perbuatan maksiat kepada Allah Shubhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya. Allah Shubhanahu wa ta’ala menyatakan dalam firman -Nya:

قال الله تعالى:  وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلۡهُدَىٰ وَيَتَّبِعۡ غَيۡرَ سَبِيلِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصۡلِهِۦ جَهَنَّمَۖ وَسَآءَتۡ مَصِيرًا  [ النساء: 115]

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”. [an-Nisaa’/4: 115]

Dijelaskan dalam sebuah riwayat, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam  beliau bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ وَفِّرُوا اللِّحَى وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ » [أخرجه البخاري ومسلم]

Selisihilah perilaku orang-orang musyrik, biarkanlah jenggot kalian dan pendekkan kumis-kumis kalian“. [HR Bukhari no: 5892. Muslim no: 259]

Dalam redaksinya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam  dijelaskan bahwa Nabi bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « جُزُّوا الشَّوَارِبَ وَأَرْخُوا اللِّحَى خَالِفُوا الْمَجُوسَ » [أخرجه مسلم]

Pendekkanlah kumis-kumis kalian, biarkanlah jenggot kalian memanjang, selisihilah perilaku orang-orang majusi“. [HR Muslim no: 260]

Dan telah datang penjelasan yang menerangkan larangan untuk mencukur jenggot, dan perintah supaya dibiarkan dan dipanjangkan, lebih dari dua belas hadits shahih dari Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam  dengan lafad yang berbeda-beda “A’fuu, Aufuu, Arikhuu, dan Wafiruu” yang semuanya mempunyai makna sinonim yaitu biarkan jenggot tumbuh apa adanya.

Dan dalam redaksi riwayat-riwayat yang shahih ini datang dengan lafad perintah, dan dalam kaidah ushul fikih diterangkan bahwa perintah itu menunjukan pada kewajiban, dan dalam riwayat tersebut diatas tidak ada perkara yang bisa memalingkan dari kewajibannya. Dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam  pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ » [أخرجه البخاري ومسلم]

Barangsiapa membikin perkara baru dalam urusan kami yang tidak ada sumbernya maka perkara tersebut tertolak“. [HR Bukhari no: 2697. Muslim no: 1718].

Bahkan perhatian beliau untuk selalu membiarkan jenggotnya tumbuh, beliau lakukan sepanjang hayat hidupnya, demikian pula para sahabatnya yang mulia radhiyallahu ‘anhum, juga melakukan hal tersebut, maka ini sebagai bukti nyata yang jelas tentang wajibnya memelihara jenggot, dan haramnya mencukur jenggot. Jika demikian kenapa kita harus bersusah payah menyelisihi perintahnya dan tidak menjadikan sebagai suri tauladan yang baik bagi kita. Sedangkan Allah Shubhanahu wa ta’ala telah menjadikan beliau sebagai suri tauladan yang baik bagi setiap mukmin, sebagaimana dalam firman -Nya:

 قال الله تعالى:  لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَة لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرا [ الأحزاب: 21 ]

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. [al-Ahzab/33: 21].

Pada hakekatnya orang yang mencukur jenggot adalah orang yang terang-terangan melakukan perbuatan maksiat, dimana Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ » [أخرجه البخاري ومسلم]

“Setiap umatku mendapat ampunan kecuali orang-orang yang terang-terangan (melakukan maksiat)”. [HR Bukhari no: 6069. Muslim no: 2990].

Orang yang mencukur jenggot sejatinya sedang menyerupai perilaku orang-orang kafir, yang mana Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam   mengancam bagi mereka dengan sabdanya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « من تشبه بقوم فهو منهم » [أخرجه أحمد وأبو داود]

Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dirinya seperti mereka“. [Hadits hasan diriwayatkan oleh Imam Ahmad no: 5114.  Abu Dawud no: 4013].

Dan pada dasarnya orang yang mencukur jenggotnya sama saja dirinya sedang menyelisihi fitrah penciptaanya, karena Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam   bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « عَشْرٌ مِنَ الْفِطْرَةِ: قَصُّ الشَّارِبِ وَإِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ وَالسِّوَاكُ وَاسْتِنْشَاقُ الْمَاءِ وَقَصُّ الأَظْفَارِ وَغَسْلُ الْبَرَاجِمِ وَنَتْفُ الإِبْطِ وَحَلْقُ الْعَانَةِ وَانْتِقَاصُ الْمَاءِ » [أخرجه مسلم]

Sepuluh perkara termasuk fitrah, memotong kumis, membiarkan jenggot, bersiwak, intinsyak (menghirup air kehidung), memotong kuku, menyela-yela jari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, dan bercebok“. [HR Muslim no: 261. Dan yang kesepuluhnya adalah berkumur-kumur sebagaimana disebutkan dalam redaksi yang lain].

Sungguh celaka bagi orang yang dikarunia akal namun tidak digunakan untuk berfikir, dikasih mata hati lalu tidak digunakan untuk merenungi, mengingat, takut dan malu kepada Rabbnya. Padahal Allah Shubhanahu wa ta’ala menyatakan dalam firmanNya:

قال الله تعالى:  أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى ٱللَّهِ وَيَسۡتَغۡفِرُونَهُۥۚ وَٱللَّهُ غَفُوررَّحِيم  [ المائدة: 74]

“Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada -Nya ? dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.[al-Maa-idah/5: 74]

Sungguh setan telah mentertawakan begitu banyak orang, dan menjadikan mereka sebagai bala tentaranya yang taat dan menuruti kemauannya, mereka diarahkan untuk gemar bermaksiat, dan menjauhkan supaya mereka enggan menjalankan ketaatan kepada -Nya. Bukankah engkau menyadari bahwa yang mencukur jenggot orang adalah seorang muslim, yang meminta supaya dicukur juga seorang muslim, yang satu mencukur jenggot menggunakan kedua tangannya dan yang satu lagi mengeluarkan ongkos untuk membayar pekerjaannya.

Tentu, keduanya telah sama-sama bersekutu didalam perbuatan maksiat kepada -Nya, dan sama-sama bersekutu didalam mentaati perintah setan. Allah ta’ala telah menyatakan dalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ أَلَمۡ أَعۡهَدۡ إِلَيۡكُمۡ يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ أَن لَّا تَعۡبُدُواْ ٱلشَّيۡطَٰنَۖ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّ مُّبِين ٦٠ وَأَنِ ٱعۡبُدُونِيۚ هَٰذَا صِرَٰط مُّسۡتَقِيم ٦١ وَلَقَدۡ أَضَلَّ مِنكُمۡ جِبِلّا كَثِيرًاۖ أَفَلَمۡ تَكُونُواْ تَعۡقِلُونَ ٦٢ ﴾ [ يس: 60-62]

“Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu”, dan hendaklah kamu menyembah -Ku. Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantaramu, Maka Apakah kamu tidak memikirkan?”. [Yaasin/36: 60-62].

Sesungguhnya lelaki sejati adalah yang keluar dari penampilan sifat dan kebiasaan wanita kemudian beralih pada kepribadian lelaki sejati, tidak menggubris perkara yang dicintai oleh setan namun menggantinya dengan perkara yang dicintai dan diridhoi oleh Allah azza wa jalla.

Dan bila ditanya, mencukur jenggot perbuatan taat atau maksiat? dapat dipastikan, tidak ada seorangpun yang berani untuk menyatakan bahwa mencukur jenggot termasuk perbuatan taat, tidak ada pilihan melainkan dia akan mengatakan hal itu termasuk maksiat, disebabkan telah datang penjelasan yang banyak dari hadits yang menyuruh supaya memanjangkan dan memelihara jenggot. Dan Allah ta’ala menjelaskan kepada kita dalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ ٧ ﴾ [ الحشر: 7]

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”. [al-Hasyr/59: 7].

Lantas apa balasan bagi orang yang berbuat maksiat kepada Allah Shubhanahu wa ta’ala dan Rasul -Nya? Allah menyatakan dalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُۥ يُدۡخِلۡهُ نَارًا خَٰلِدا فِيهَا وَلَهُۥ عَذَاب مُّهِين  ﴾ [ النساء: 14]

“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul -Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan -Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan”. [an-Nisaa’/4: 14]

Sesungguhnya mengikuti hawa nafsu, mengikuti langkah-langkah setan, adalah kebiasaan yang Allah Shubhanahu wa ta’ala tidak menurunkan petunjuk sama sekali.

Dan jika terkumpul dalam diri seorang hamba lalu menganggap baik kebiasaan tersebut, maka sama saja dirinya sedang memasukan ke dalam adzab yang pedih. Allah ta’ala menyatakan dalam firman -Nya

قال الله تعالى: وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُواْ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُواْ بَلۡ نَتَّبِعُ مَا وَجَدۡنَا عَلَيۡهِ ءَابَآءَنَآۚ أَوَلَوۡ كَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ يَدۡعُوهُمۡ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلسَّعِيرِ  [ لقمان: 21]

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang diturunkan Allah”. mereka menjawab: “(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?”. [Luqman/31: 21]

Duhai para pemuda Islam, rambut jenggot kenapa harus kalian potong dan lempar kedalam tempat sampah, lalu kenapa justru kumis yang engkau biarkan panjang, sehingga ketika engkau makan turut serta makan dan minum.  Apakah kita menyadari bahwa itu termasuk perbuatan maksiat? kalau sekiranya kita sudah mengetahuinya apakah kita ada usaha untuk memuliakan seperti yang Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam  lakukan, kita mencukupkan seperti beliau mencukupkan diri?

Kita memohon kepada Allah Shubhanahu wa ta’ala, semoga memberi petunjuk dan taufik kepada kita untuk mengerjakan apa yang dicintai dan diridhoi oleh -Nya.

[Disalin dari حلق اللحية   Penulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-Tuwaijr, Penerjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2014 – 1435]


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/35288-bangga-dengan-jenggot.html